SurabayaNetwork.id - Fenomena childfree atau keputusan untuk tidak memiliki anak biasanya dikaitkan dengan hasrat seksual yang cenderung penyuka sesama jenis atau biasa dikenal LGBT.
Keputusan childfree adalah sesuatu hal yang tabu di masyarakat. Padahal fenomena tersebut bukanlah hal yang baru terjadi alias sudah ada sejak abad ke-19.
Berdasarkan penelitian dari Jurnal Amerika tahun 1970, Jennifer menuliskan bahwa tahun tersebut sudah ada fenomena keputusan child free di Amerika.
Baca Juga: Childfree, Konsep Lama yang Diviralkan, Serta Pandangan Islam Tentangnya
Pada saat itu hanya 2,2% wanita yang memutuskan untuk child free. Hingga tahun 2004-2010 keputusan untuk tidak memiliki anak meningkat secara masif sampai 6%.
Berbeda dengan penelitian di Belanda, pada saat 2004 ada sekitar 6 dari 10 wanita memilih childfree.
Bukan tanpa sebab seseorang mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak. Ada beberapa faktor yang mendorong untuk memilih childfree.
Jika di Newyork mereka yang memiliki ekonomi rendah memilih untuk tidak memiliki anak karena takut tidak dapat memberikan penghidupan yang layak, maka lain halnya di Indonesia.
Di Indonesia kebanyakan orang memilih untuk childfree bukan karena kemiskinan tapi lebih kepada kebahagiaan.
Terlepas dari alasan personal seseorang untuk tidak memiliki anak, masyarakat mencurigai adanya orientasi seksual kepada sesama jenis atau LGBT.
Artikel Terkait
LGBT Ternyata Bisa Disembuhkan, Berikut Ini Penjelasan dari Psikolog
Tentang Childfree, Dokter Raehanul Bahraen: Menyalahi Fitrah Manusia
Hukum Childfree dalam Islam, 5 Alasan Mengapa Tidak Islami
Meninjau Kajian Fiqih Islam, Hukum Asal Childfree Boleh?